Alamat: Jalan Selakaso no.61 Tasikmalaya 46121
Telepon: 0265-332588
Pos Kebaktian Pangandaran
Alamat: d.a Ir. Susanto Darmadi; Toko Panen Putra Jalan Raya Cijulang Km 3, Wonoharjo-Pangandaran
Telepon: 0265-639022 / 0265-639584
Pos Kebaktian Cinyenang
Alamat: d.a Bp. Idi; Sidamulya-Cisaga,Banjar
Gembala yang melayani :
1896 – 1934 : Zendeling H.Muller NZV
1934 – 1936 : Konsulen (Zendeling L.M van Noppen )
1936 – 1939 : Pdt. Jakobus Kotong.
1939 – 1949 : Pdt. J. Paimin.
1950 - 1953 : G.J. Silas Djalimun.
1953 – 1961 : ?
1961 - 1968 : Konsulen ( Pdt Arsin Dani ).
1968 - 1985 : Pdt. Remi Musa.
1985 – 2000 : Pdt. Megiana Hanafiah, S.Th.
2000 – 2006 : Pdt. Kurniada Lampung, S.Th.
2006 – sekarang : Pdt. Hendrato, S.Si.
Pada tahun 1896, Zendeling H. Muller dibantu seorang guru Lewi Djalip datang ke Tasikmalaya kemudian menyewa satu grdung untuk tempat tinggal dan tempat kebaktian.
Pada tahun 1896 itu juga, dibaptiskan 22 orang dan diantaranya adalah J. Paimin. Pengabaran Injil dilakukan dengan cara-cara ; Membuka Sekolah, Berkumpul dengan Orang tua murid dan Kebaktian di Gereja.
Tahun 1900, H. Muller pindah ke Cikembar menggantikan Zendeling S van Eendenburg, di Tasik malaya digantikan oleh Zendeling J.H.Blinde sampai 1902, selama dalam kepemimpinannya sempat membeli sebidang tanah yang kemudian nanti menjadi komplek Gedung GKP Jemaat Tasikmalaya. Tahun 1902, pelayanan langsung dari Bandung. Kemudian tahun 1905 oleh Zendeling C.J. Hoekendick yang berkedudukan di Garut, jemaat mengalami kemunduran dari 22 orang yang telah dibaptis pertama tinggal 9 orang. Pada tahun 1913 pelayanan dilanjutkan oleh Laban Djalimun yang dipindah dari Cirebon.
Tahun 1916-1918, Zendeling J . Iken melayani jemaat Tasikmalaya tetapi tinggal di Bandung,
Tahun 1918 datang Zendeling J.H de Groot tinggal disini melayani selama dua tahun , kembali dilayani oleh Zendeling J. Iken, pada masa ini dibeli lagi sebidang tanah untuk mendirikan sekolah dan gedung Gereja.
Tahun 1920-1927 , Zendeling L.M van Noppen melayani disini dengan kedudukan di Garut. Dalam masa ini, yaitu tanggal 29 April 1923, berdirilah sebuah gedung Gereja yang peresmiannya dihadiri oleh H.D. Woortman selaku pimpinan NZV disini pada waktu itu. Berganti –ganti pimpinan jemaat Tasikmalaya dari Zendeling L.M van Noppen ke Zendeling L.H Put kembali ke Zendeling L.M van Noppen sampai tahun 1934 GKP berdiri sendiri.
Setelah GKP berdiri sendiri, pertama di GKP Jemaat Tasikmalaya di tahbiskan pada tanggal 1 Agustus 1936 Bapak Jakobus Kotong, menjadi pendeta di jemaat Tasikmalaya sampai tahun 1939. Kemudian pindah ke Karawang.
Pada tanggal 15 Januari 1939, kembali ditahbiskan Bapak J. Paimin menjadi pendeta GKP jemaat Tasikmalaya dan melayani hanya sampai tahun 1949. karena kesehatannya beliau mengundurkan diri dari jabatan kependetaannya. Setelah beberapa bulan mengalami kekosongan, pada tahun 1950 Guru Jemaat Silas Djalimun ditugaskan melayani sampai tahun 1953. Dari tahun 1953 sampai 1961 GKP Jemaat Tasikmalaya kembali mengalami kekosongan dan Pdt Arsin Dani dari Garut , membantu sebagai konsulen mulai tahun 1961 – 1968.
Pada tahun 1968 ditahbiskan Sdr. D.Subrata STh, menjadi pendeta GKP Jemaat Tasikamalaya sampai tahun 1970,
Tahun 1968, Sdr Remi Musa ditahbiskan menjadi pendeta melayani sampai tahun 1985,
Pdt Megiana Hanafiah STh, ditahbiskan tahun 1985 dan melayani sampai tahun 2000,
Pdt Kurniada Lampung STh, mutasi dari GKP Jemaat Haurgeulis melayani dari tahun 2000 – 2006.
Pdt Hendrato Ssi melayani GKP Jemaat Tasikmalaya mulai tahu.2006 , mutasi dari GKP Jemaat Sumedang.
Mulai tahun 1959–1967, keanggotaan GKP Jemaat Tasikmalaya terdiri dari orang Sunda dan Tionghoa yang jumlahnya tidak besar dan sebagian besar anggota jemaatnya adalah dari berbagai etnis Nusantara, yang umumnya adalah anggota tentara yang sedang bertugas dan pendatang yang bekerja di Tasikmalaya.
Seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan situasi, sebagaian besar tentara yang bertugas di Tasikmalaya berangsur-angsur dipindah-tugaskan ke daerah lain, jemaat pun semakin berkurang.
Salah satu fenomena unik yang terjadi di GKP Jemaat Tasikmalaya adalah jumlah jemaat yang terus berubah-ubah dari tahun ke tahun. Hal itu disebabkan jemaat Tasikmalaya umumnya merupakan pendatang dari luar daerah yang kebetulan bertugas di Tasikmalaya.
Saat ini GKP Jemaat Tasikmalaya memiliki dua pos kebaktian, yaitu Pos Kebaktian Pangandaran dan Pos Kebaktian Cinyenang.Pos kebaktian Pangadaran dibentuk pada tahun 1971, yaitu dimulai dengan tiga orang jemaat. Kebaktian pada saat itu dilakukan di rumah Bpk.Happy (Alm.). Kemudian pada tahun 2005 kebaktian itu dipindahkan ke Wisma GKP di Jln. Parapat Pangandaran.
Pos kebaktian Cinyenang dibentuk pada Tahun 1959 dengan jumlah jemaat 40 orang. Pada saat itu jemaat dilayani oleh Pdt. Basuki. Kebaktiannya sendiri dilangsungkan di rumah keluarga Jahuri (Alm.). Kemudian pada tahun 1962 kebaktian itu dipindahkan ke gedung gereja di Kampung Cinyenang RT 23, RW 13, Sidamulya, Ciamis.
Like arrows in the hands of a warrior are children born in one’s youth -psalms 127 : 4-
Kamis, 14 Juli 2011
Selasa, 12 Juli 2011
Pacaran Beda Agama? Putus atau Jalan Terus?
Konon katanya, cinta tak mengenal batas. Beda usia yang mencolok, sampai 20 tahun pun, tidak masalah. Beda suku bisa dilakoni. Tapi beda agama, haruskah kita mengalah dan mengubur keyakinan kita demi sebuah kata cinta?
Sebagai orang percaya, kita bukan hidup dalam nilai-nilai dunia. Bagi orang dunia, cinta adalah segalanya. Atas nama cinta, semua boleh dikorbankan. Namun sebagai orang percaya, jatuh cinta bukanlah segala-galanya dalam hidup kita. Tuhanlah yang nomor satu, yang lain nanti Dia tambahkan.
Sayangnya, cinta sering datang tak diundang. Kalau cinta udah menyapa, orang yang kita nggak suka pun bisa buat kita terkena panah asmara dan jadi berbunga-bunga. Benci pun akhirnya bisa menjadi rindu. Perasaan bisa dibuat melambung tinggi, yang membuat kita kadang terbuai dan melupakan aturan-aturan firman dalam memilih pasangan. Salah satu yang kerap menjadi pertanyaan adalah masalah beda agama atau keyakinan.
Teman-teman Youth, Alkitab itu jelas, nggak pernah abu-abu ketika bicara tentang hal ini. Firman-Nya berkata,
"Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" (2 Kor. 6:14)
Bagi dunia, pasangan beda agama nggak masalah. Toh menurut mereka, cinta bisa ngalahin segalanya, meski faktanya beda. Tapi bagi Tuhan, hal itu disebut nggak seimbang. Nggak akan pernah seimbang! Bagaikan gelap dan terang. Sekeras apa pun diusahakan untuk bersatu, nggak akan pernah bisa. Sama dengan minyak dan air, selalu akan tampak beda.
Teman-teman Youth, dunia ini berusaha menghalalkan segala cara, termasuk cinta. Tapi firman Tuhan adalah kebenaran absolut yang kita pegang untuk urusan apapun dalam hidup kita, termasuk pasangan hidup.
Satu hal yang perlu kita ingat adalah: Tuhan satu-satunya pribadi yang punya inisiatif dan rencana untuk membuat kita berpasang-pasangan. Bahkan, sebelum Adam minta, Tuhan telah berencana beri Adam pasangan yang sepadan. Jadi sebetulnya Tuhan sendiri yang punya inisiatif. Bukan keinginan kita atau semata-mata karena cinta. Jatuh cinta sih boleh aja, tapi jangan sampai hal itu jadi segalanya dalam hidup kita. Ada rencana Ilahi yang harus kita emban dan kerjakan, kalo kita bicara soal membangun hubungan dan pernikahan.
Pernikahan Bukan Penginjilan
Banyak orang pakai alasan penginjilan untuk membenarkan pendapat mereka tentang pernikahan beda agama. Tapi Alkitab nggak pernah anjurkan pernikahan sebagai ajang penginjilan. Pernikahan punya visi lebih besar dari sekedar penginjilan : melahirkan keturunan Ilahi yang akan berkuasa di bumi. Tanpa kesepadanan, sangat sulit mengarungi pernikahan yang kudus dan berkenan di mata Tuhan.
Nah, selagi kita masih muda, kita perlu belajar untuk menguasai perasaan kita, terutama pas kita sedang jatuh cinta. Saat jatuh cinta biasanya akal kita sulit untuk diajak berpikir jernih. Sulit untuk dengar kata "Nggak" tapi, kita perlu menaati apa yang firman Tuhan katakan, bukan malah mencari-cari firman yang membenarkan tindakan kita.
Selagi kita masih muda, yuk belajar bangun hidup di atas firman, bukan apa kata dunia. Dunia memuja perasaan "Apa yang kau pandang baik, perbuatlah!"
Tapi kata Tuhan berbeda. Firman adalah hal absolut dalam hidup kita. Kita nggak bisa pilih-pilih untuk praktekin firman, termasuk dalam memilih pasangan hidup.
Kalau Alkitab bilang "Nggak", jangan cari cara supaya Tuhan bisa melunakkan hati-Nya dan menyetujui alasan kita. Bukan Tuhan yang harus menuruti kemauan kita tapi kitalah yang perlu belajar lembutkan hati untuk lakuin kehendak Tuhan.
Teman-Teman Youth, Tuhan punya rencana indah dan kekal atas pernikahan umat-Nya. So, kita perlu serius berpikir ketika kita membangun hubungan dengan orang yang beda agama. Sebelum hati kita terpaut jauh, sebelum cinta membutakan dan hati kita kena panah asmara; lebih baik jauh-jauh hari berkata tegas, 'Tuhan aku mau jaga diriku, dan berjalan hanya dalam kebenaran firman-Mu"
Jadi, pacaran beda agama boleh nggak? udah taukan jawabannya ^_^
Apa alasan Anda menikah?
"Apa alasan anda menikah?" tanya salah seorang pembimbing. Semua pasangan yang akan menikah yang berada diruangan tersebut terdiam. Beberapa saat kemudian, salah seorang pria angkat bicara, "Supaya bahagia pa!", "Biar punya keturunan dan hidup tak kesepian!" celetuk yang lain sambil agak malu-malu, "Biar hidup ini tenang pa! karena bisa saling memperhatikan", "juga menghindari perzinahan pa!" celetuk yang lain lagi. Jawaban terhadap pertanyaan ini akan terus berkembang dan akan berlainan satu dengan yang lainnya. Mungkin kitapun punya jawaban tersendiri mengenai hal ini bukan?
Mulanya Allah menciptakan manusia segambar dengan diri-Nya. Dan Dia berkata,“sungguh amat baik”. Tetapi karena dosa, gambar Allah dalam diri manusia rusak dan harus dipulihkan. Dan hanya satu Pribadi yang sanggup memulihkan yaitu Yesus Kristus. Sebab itu terimalah Dia, maka DIA akan memulihkan kembali gambar diri Allah dalam hidup kita. Inilah langkah awal yang harus dialami oleh setiap pasangan sebelum mengalami kemenangan atas berbagai hal, termasuk atas konflik.
Maksud pernikahan yang sesungguhnya adalah untuk saling menolong agar keduanya semakin segambar dengan Allah. Apabila dasarnya seseorang menikah demikian, maka ketika terjadi konflik, mereka akan ingat bahwa mereka tidak semestinya saling menuntut atau menyalahkan, justru di saat konflik mereka harus lebih lagi saling mengasihi dan menolong satu sama lain agar semakin dewasa seperti Kristus. Kebahagiaan, sukacita, damai sejahtera, berkat-berkat-Nya dan kemenangan atas konflik menjadi bagian mereka senantiasa.
Taken from NK 10 juli 2011
Langganan:
Komentar (Atom)





















